Manila, - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyebut serangan bom
di pasar malam di kota asalnya sebagai aksi terorisme. Setidaknya 14
orang tewas dalam serangan itu.
Duterte pun mengumumkan pemberian kekuasaan lebih besar bagi militer untuk memerangi ancaman terorisme.
Dikatakan
Duterte, saat ini belum ada tersangka yang ditetapkan atas serangan bom
di kota Davao pada Jumat, 2 September sebelum pukul 23.00 waktu
setempat. Namun dia menyebut dua kelompok militan dan gembong narkoba
sebagai potensial pelaku.
"Kami akan menangani masalah ini
sebagai urusan polisi terkait terorisme," kata Duterte kepada para
wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (3/9/2016).
Hal
itu disampaikan Duterte usai mengunjungi lokasi pengeboman yang berada
di jantung kota Davao, dan dekat dengan salah satu hotel terkenal di
kota tersebut.
Duterte sendiri sedang berada di kota itu saat
ledakan terjadi, namun dia tidak berada di dekat pasar malam yang
diguncang ledakan.
Kepolisian setempat mengatakan, sedikitnya 14
orang tewas dan 67 orang lainnya luka-luka dalam insiden itu. Di antara
para korban luka, 16 orang di antaranya saat ini dalam kondisi kritis.
Davao
merupakan kota terbesar di wilayah Filipina selatan, dengan populasi
sekitar dua juta jiwa. Kota tersebut berjarak sekitar 1.500 kilometer
dari ibukota Manila. Davao merupakan bagian dari wilayah Mindanao,
tempat para militan melancarkan aksi-aksi separatisme yang telah
berlangsung puluhan tahun dan telah menewaskan lebih dari 120 ribu
orang.
Duterte telah menjadi wali kota Davao selama hampir dua
dekade terakhir, sebelum memenangi pemilihan presiden dan dilantik
menjadi presiden pada 30 Juni lalu.
(ita/ita)
detik.com
No comments:
Post a Comment