Brebes - Pulang kampung Sudirman Said ke Brebes, Jawa Tengah, juga disertai dengan berbagai agenda. Salah satunya Sudirman memenuhi janji berkunjung ke Desa Wisata (Dewi) Mangrove Sari, Pandansari, Desa Kaliwlingi, Brebes.
Perjalanan dari rumah keluarga Sudirman di Desa Slatri, Larangan, Brebes, menuju Mangrove Sari memakan waktu sekitar dua jam. Ada dua mobil yang berangkat sekitar pukul 16.30 WIB, Rabu (10/8/2016).
Akses jalan menuju desa itu terbilang buruk, banyak jalan yang berlubang. Rombongan tiba di lokasi saat petang. Sudirman, yang ditemani istrinya Astried Swastika, adiknya Sartono dan sahabat kecilnya Waspuri disambut di rumah Ketua Kelompok Tani Mangrove Sari, Rusjan.
Di rumah itu, Sudirman dan rombongan disuguhi minuman. Rusjan lalu menceritakan awal mula pembuatan ekowisata Mangrove Sari.
Rusjan menuturkan awalnya masyarakat desa adalah petani tambak. Namun beratus-ratus hektare tambak-tambak milik warga rusak karena abrasi. Masyarakat sempat frustasi, kebingungan mencari mata pencaharian yang hilang.
Lalu, Rusjan, bersama dengan seorang tokoh muda bernama Mashadi dan kelompoknya, mencoba menanam mangrove untuk mencegah parahnya abrasi. Selain itu, mangrove juga ditanam sebagai upaya mengembalikan dan menjaga biota laut.
"Setelah ada mangrove, tambak-tambak hidup lagi," ujar Rusjan.
Di tengah obrolan Mashadi datang. Penerima penghargaan Kalpataru kategori pengabdi lingkungan tahun 2015 ini langsung menyalami Sudirman Said.
"Menteri kebanggaan orang Brebes," ujar Mashadi sambil menjabat tangan Sudirman.
Berbincang sebentar, lalu Sudirman dan rombongan dijamu di pondokan yang biasa digunakan warga melakukan pertemuan. Berbagai macam makanan laut dihidangkan di situ, mulai dari kepiting, udang, ikan, hingga rumput laut. Sambil menyantap makanan, Mashadi mempresentasikan soal Desa Wisata Mangrove Sari menggunakan laptop dan sebuah proyektor.
![]() |
Mashadi menuturkan pendanaan awal proyek penanaman mangrove yang dimulai tahun 2005 ini dibayai oleh yayasan Kehati, milik Emil Salim. Lalu setelah penanaman terlihat hasilnya, pemerintah mulai memberikan bantuan.
![]() |
Total area yang ditanami Mangrove seluas 210 hektare, dengan jumlah batang mangrove yang ditanam sebanyak 3,1 juta batang. Total waktu yang dibutuhkan untuk penanaman dan pembudidayaan selama 9 tahun. Hasilnya, kini mangrove-mangrove itu tumbuh lebat, kokoh menahan abrasi, bahkan menjadi obyek wisata. Perbaikan dan peningkatan fasilitas terus dilakukan untuk menarik minat wisatawan. Seperti membuat jalur pejalan kaki di tengah-tengah hutan mangrove, dan juga menyiapkan perahu untuk menyusuri hutan mangrove.
Malam itu, selesai dijamu, Sudirman beserta rombongan diantar naik perahu mengelilingi hutan mangrove. Ada dua kapal yang disediakan. Sudirman duduk di kapal bersama istri dan adiknya. Kapal pun mengelilingi hutan mangrove itu dalam kegelapan. Sudirman juga sempat mencoba jalur pejalan kaki yang dibuat di tengah-tengah hutan.
Sudirman menyusuri hutan mangrove (Hasan Alhabshy/detikcom)
|
Meskipun gelap, terlihat jelas kerja keras warga desa membangun hutan mangrove itu membuahkan hasil. Hutan yang rimbun, dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas wisata jelas menjadi daya tarik wisata. Pemerintah Brebes akhirnya menjadikan hutan mangrove ini sebagai destinasi wisata.
Sudirman Said dan kelompok tani Mangrove Sari (Hasan Alhabshy/detikcom)
|
Selesai mengarungi hutan Mangrove itu, Sudirman pun berpamitan dengan janji akan mempromosikan sang 'Dewi' ke jaringan yang dimiliki.
"Ini sesuatu yang sangat hebat menurut saya, karena di Desa Kaliwlingi, ada satu kelompok masyarakat, kelompok tani yang leadershipnya begitu kuat. Pemimpinnya begitu inspiratif, sehingga 10 tahun lamanya membangun hutan bakau, dari nol, dari lahan yang terkena abrasi. Kemudian sudah beberapa tahun mendapat penghargaan nasional, bahkan tahun ini masuk tiga besar penghargaan lingkungan hidup dan konservasi wilayah pesisir," ujar Sudirman memberi testimoni soal Dewi Mangrove.
pantauan detik.com
No comments:
Post a Comment